Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Rabu, 11 Maret 2009

Global!

“Pendidikan Islam jangan berbicara masa lalu, tapi bicara tentang globalisasi
dan merespon masa depan”,

inilah yang dikatakan Guru Besar tamu The City University London, Inggris, Prof Ziauddin Sardar. Dan beliau menambahkan saat berbicara dalam seminar "Dampak Globalisasi dan Tantangan Bagi Pendidikan Islam" di IAIN Sunan Ampel Surabaya, beliau mengatakan "Pendidikan Islam telah gagal karena tidak kritis terhadap globalisasi dan masa depan Islam sendiri,".

Dari paparan ini dapatlah dikatakan pendidikan tradisional Islam selama ini hanya bicara tentang keimanan, tafsir, sejarah, dan hal-hal klasik lainnya, sehingga pendidikan Islam tak menjawab persoalan global yang ada dan membuat Islam menjadi "konsumen" globalisasi. Oleh karena itu di Era Global, Islam jangan hanya dipahami secara klasik, melainkan Islam harus dipahami sebagai etika yang dinamis. Pendidikan Agama Islam harus membekali mahasiswa dengan konsep untuk melihat globalisasi sebagai realitas, kemudian realitas itu dianalisa sesuai konsep Islam untuk melahirkan budaya baru.

Budaya baru yang didukung konsep analitis itu bukan sekedar respon terhadap globalisasi tapi merupakan jawaban yang menerima apa yang positif dari globalisasi tapi tetap didukung konsep Islam.

Menanggapi hal itu, guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Syafiq A Mughni selaku pembanding menyatakan, ada tiga pola hubungan Islam dan globalisasi, yakni kelompok yang menolak globalisasi secara radikal seperti Hizbut Tahrir, yang kedua kelompok yang selektif terhadap globalisasi dan yang ketiga ada kelompok yang responsif terhadap globalisasi dengan melakukan kompromi secara perlahan-lahan yang terlihat dengan munculnya konsep matematika Islam, ekonomi Islam, dan "Islamisasi" konsep lainnya.

Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini yang popular dengan sebutan globalisasi dan Barat merupakan satu-satunya pemegang peran kunci dari seluruh media berita baik media cetak, maupun media elektronik. Seperti dimaklumi pemberitaan-pemberitaan tersebut banyak mengandung bias, khususnya bila ada kaitan langsung atau tidak langsung dengan dunia Islam.

Sains dan teknologi menjadi dominasi khusus dunia Barat, dengan demikian setiap Muslim yang berminat mendalami bidang-bidang ini harus mengikuti term-term yang ditentukan oleh Barat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai Islami. Sehingga dalam beberapa kasus sering terjadi para saintis Muslim, secara sadar atau tidak, tercerabut dari akar-akar keislaman, dan menjadi pembela fanatik Barat. Dan kita selaku Muslim, orang tua dan para pendidik, harus dapat mengantisipasi dan merespon sejak dini gejala-gejala distorsi moral.

1 komentar:

Ir. hydir mengatakan...

kita perlu menguasai ilmu
dunia Islam jauh ketinggalan kerana kita tidak menguasai ilmu

[Hadis: Pergilah kamu semua berperang dan juga ada yang tinggal untuk mendalami ilmu untuk mengajar yang lain]

Posting Komentar